ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN MASALAH SEKSUAL FETITISME DAN FROTTEURISME
MA:Konsep Dasar Manusia
Dosen:Ibu Patria Asda
Disusun
oleh:
Indar
Wulan Oktaviana D3 Kp 11.00172
Naomi
Madi Didu D3 Kp 11.00
Rini
Ayu Nendra D3 Kp
11.00180
Riza
Dwi Kurniawan D3 Kp 11.00181
Tri
Hesti Anawati D3 Kp
11.00185
Bayu
Ade Nugroho D3 Kp 11.00193
PRODI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA YOGYAKARTA
2011/2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-Nya yang dilimpahkan kepada kami, sehingga kami dapat berhasil
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN
MASALAH
SEKSUAL FETITISME DAN FRONTITERURISME. Makalah ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah KONSEP DASAR MANUSIA.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam penyusunan makalah ini,
mengingat kemampuan yang terbatas serta sempitnya pengetahuan, maka akhirnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi teman-teman maupun semua pihak
yang membutuhkannya. kami juga menyadari kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, maka diharapkan kritik dan sarannya yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini sangat kami harapkan.
Yogyakarta, Desember 2011
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Latar belakang dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia ( KDM ). Makalah ini membahas tentang Asupan keperawatan klien dengan masalah seksual fetitisma dan frontiteurisme yang didalamnya berisi tentang definisi masalah seksual fetitisme dam frontiteurisme beserta asuan keperawatannya. Apa yang berada dalam makalah ini sangat bermanfaat dan berguna terutama bagi seorang perawat. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien dengan menggunakan energy dan waktu yang minimal. Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
B.
TUJUAN
a.
Tujuan umum
Makalah
ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa / mahasiswi memiliki kemampuan konsep
pemahaman sebagai tenaga perawat professional di bidang Keperawatan Jiwa II
sehingga mampu menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif yang
mencakup bio, psiko, sosio, dan spiritual.
b.
Tujuan khusus
Makalah
ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa/i dapat memahami pengertian prilaku
kekerasan seksualitas, rentang respon, jenis- jenis kekerasan seksualitas,
factor presipitasi, factor predisposisi, sumber koping, mekanisme koping, dan
proses keperawatan prilaku kekerasan seksualitas.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
FETITISME
a. DEFINISI
Fetisisme merupakan kelainan yang menggunakan
benda non-seksual, benda mati atau bagian dari tubuh seseorang untuk mendapatkan
kenikmatan seks. Dengan menggunakan benda-benda mati seperti pakaian, stoking,
sepatu bertumit tinggi atau alat kelamin bagian tubuh individu mendapat
kepuasan seksual.
b. Penyebab Fetitisme
Penyebab fetisisme tidak jelas
dipahami. Beberapa teori pembelajaran percaya bahwa itu berkembang dari
pengalaman anak usia dini, di mana objek dikaitkan dengan bentuk yang sangat
kuat dari gairah seksual atau gratifikasi. Teori belajar lainnya tidak akan
fokus pada anak usia dini, tetapi pada masa kanak-kanak kemudian dan remaja dan
pengkondisian yang terkait dengan aktivitas masturbasi. Teori psikoanalisis
fokus pada konsep kausalitas ibadah penis dan kecemasan kastrasi. Para peneliti
telah menunjukkan bahwa dalam fetishists umum memiliki keterampilan sosial yang
kurang berkembang, cukup terisolasi dalam kehidupan mereka dan memiliki
kapasitas berkurang untuk membangun keintiman.
c. Gejala
Fetitisme
Tindakan
seksual fetishists memiliki karakteristik depersonalized dan diobjekkan. Fokus perhatian secara eksklusif pada fetish,
sedangkan non-fetishists mungkin di berbagai kali membuat bagian tubuh tertentu
atau suatu bagian objek gairah seksual mereka secara umum dan ekspresi dengan
orang lain, tetapi tidak terpaku pada itu.
B.
FROTTEURISME
a.
DEFINISI
Frotteurisme
adalah suatu bentuk kelainan seksual di mana seseorang laki-laki mendapatkan kepuasan seks
dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-gosok alat kelaminnya ke tubuh
perempuan di tempat publik / umum.
b. Gejala
Frotteurisme
·
Memperoleh kepuasan saat melakukan "gesekan"
·
Kecanduan untuk melakukannya berulang-ulang
c. Penyebab
Frotteurisme
C.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SEKSUALITAS
1. Pertimbangan Perkembangan :
·
Proses
perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial, emosional dan biologik
kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas individu
·
Hanya
aspek seksualitas yang telah dibedakan sejak fase konsepsi
2. Hidup Kebiasaan Sehat dan Kondisi Kesehatan :
·
Tubuh,
jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat mencapai
kepuasan seksual
·
Trauma
atau stress dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan kegiatan atau
fungsi kehidupan sehari-hari yang tentunya juga mempengaruhi ekspresi
seksualitasnya, termasuk penyakit
·
Kebiasaan
tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup yang positif
mengkontribusi pada kehidupan seksual yang membahagiakan
3. Peran dan Hubungan :
·
Kualitas
hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat mempengaruhi kualitas
hubungan seksualnya
·
Cinta
dan rasa percaya merupakan kunci uatama yang memfasilitasi rasa nyaman
seseorang terhadap seksualitas dan hubungan seksualnya dengan seseorang yang
dicintai dan dipercayainya
·
Pengalaman
dalam berhubungan seksual seringkali ditentukan oleg dengan siapa individu
tersebut berhubungan seksual
4. Konsep Diri :
·
Pandangan
individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung terhadap
seksualitas
5. Budaya, Nilai dan Keyakinan :
·
Faktor
budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas dapat mempengaruhi
individu
·
Tiap
budaya mempunyai norma-norma tertentu tentang identitas dan perilaku seksual
·
Budaya
turut menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi seksual dan hal lain
terkait dengan kegiatan seksual
6. Agama :
·
Pandangan
agama tertenmtu yang diajarkan, ternyata berpengaruh terhadap ekspresi
seksualitas seseorang
·
Berbagai
bentuk ekspresi seksual yang diluar kebiasaan, dianggap tidak wajar
·
Konsep
tentang keperawanan dapat diartikan sebagai kesucian dan kegiatan seksual
dianggap dosa, untuk agama tertentu
7. Etik :
·
Seksualitas
yang sehat menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997) tergantung pada
terbebasnya individu dari rasa berssalah dan ansietas
·
Apa
yang diyakini salah oleh seseorang, bisa saja wajar bagi orang lain
BAB
III
TINJAUAN
ASUPAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian
adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan pa pasien (Nursalam,2001)
Tahap pengkajian
terdiri dari:
1. Pengumpulan
data
Merupakan
kegiatan dalam penghimpunan informasi (data-data) dari klien yang meliputi
biopsiko spiritual yang kompeherensif.
a. Gejala
Fetitisme: memperoleh kepuasan dengan menggunakan benda-benda mati.
Gejala
Froteurisme: memperoleh kepuasan dengan menggesek-gesekkan alat kelamin.
b. Penyebab
Fetitisme: Penyebab fetisisme tidak jelas dipahami.
Penyebab
Froteurisme:
c. Faktor-faktor
yang mempengaruhi seksualitas:
·
Pertimbangan Perkembangan
·
Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan
·
Peran dan Hubungan
·
Konsep Diri
·
Budaya, Nilai dan Keyakinan
·
Agama
·
Etik
2. Pengelompokan
Data
Data
data yang telah di kumpulkan selanjutnya dikelompokan salah satu cara nya
adalah teori Abraham Maslow yang berpendapat bahwa semua manusia mempunyai
kebutuhan dasar umum yang terdiri dari beberapa tingkatan,dimana tingkatan
kebutuhan dasar fisik harus terpenuhi lebih dahulu sebelum kebutuhan tingkat
yang lebih tinggi.
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata ataupun potensial dan
membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat di tanggulangi
atau dikurangi.
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur
dan fungsi tubuh, penganiayaan fisik (seksual), depresi
·
Tidak
adanya hasrat untuk aktivitas seksual
·
Perasaan
jijik, ansietas, panik sebagai respons terhadap kontak genital
·
Tidak
adanya pelumasan atau sensasi subjektif dari rangsangan seksual selama
aktivitas seksual
·
Kegagalan
untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis selama aktivitas seksual
·
Ketidakmampuan
untuk mencapai orgasme atau ejakulasi
·
Ejakulasi
prematur
·
Nyeri
genital selama koitus
·
Kontriksi
vagina yang mencegah penetrasi penis
C. INTERVENSI
1.
Kaji
riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam hubungan seksual.
Rasional: Hal ini menetapkan suatu
data dasar untuk bekerja dan memberikan dasar untuk tujuan
2.
Kaji
persepsi pasien trehadap masalah
Rasional: Ide pasien tentang apa
yang merupakan suatu masalah mungkin berbeda dari ide perawat.ide adalah
persepsi pasien yang darinya tujuan perawatan harus ditetapkan.
3.
Bantu
pasien menetapkan dimensi waktu yang berhubungan dengan awaitan masalah dan
diskusikan apa yang terjadi dalam situasi kehidupannya pada waktu itu.
Rasional: Stress pada beberapa are kehidupan mempengaruhi fungsi seksual.
Pasien mungkin tidak menyadari hubungan antara stress dan disfungsi seksual.
4.
Kaji
alam perasaan dan tingkat energi paien.
Rasional: Depresi dan kelelahan menurunkan hasrat dan antusisme untuk berpartisipasi
dalam aktifitas seksual.
5.
Tinjau
aturan pengobatan dan observasi efek samping.
Rasional: Banyaknya obat-obatan dapat mempengaruhi fungsi seksual. Evaluasi
terhadap obat dan respon individu adalah penting untuk memastikan apakah obat
tersebut mungkin menambah masalah.
6.
Anjurkan
pasien untuk mendiskusikan proses penyakit yang mungkin menambah disfungsi
seksual. Pastikan bahwa pasien menyadari ada altrenatif metode pencapaian
kepuasan seksual dan dapat dilepajari melalui konseling seks jika pasien dan pasangannya
berhasrat untuk malakukannya juga.
Rasional: pasien mungkin tidak menyadari bahwa kepuasan perubahan dapat dibuat
dalam kehidupan seksnya. Dia mungkin juga tidak menyadari adanya sarana
konseling seks.
7.
Dorong
pasien untuk menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan seksual dan fungsi yang
mungkin menysahkan dirinya. Peningkatan pengetahuan dan membenarkan kesalahan
konsep dapat menurunkan perasaan tidak berdaya dan ansietas dan memudahkan
solusi masalah.
8.
Buat
rujukan keterapi seks jika dibutuhkan.
Evaluasi berdasarkan kriteria hasil/pasien pulang:
1.
Pasien
mampu menghubungakan faktor-faktor fisik atau psikososial yang mengganggu
fungsi seksual.
2.
Pasien mampu berkomunikasi dengan pasanganya
tentang hubungan seksual mereka tanpa merasa tidak nyaman.
3.
Pasien dan pasangannya mengatakan keingan dan
hasrat untuk mencari bantuan dan terapist seks profesional.
4.
Pasien mengatakan kembali bahwa aktivitas
seksualnya ada pada tahap yang memuaskan dirinya dan pasangan.
BAB
IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan pada klien
dengan kelainan seksual fetitisme dan frotteurisme dilakukan dengan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan dan intervensi.
Pada umumnya berbagai macam
bentuk kelainan seksual dipengaruhi oleh Pertimbangan
Perkembangan, Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan, Peran dan Hubungan, Konsep Diri, Budaya, Nilai dan Keyakinan, Agama, dan Etik.
B. SARAN
Semoga
makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran
khususnya dalam mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia 1, Selain itu diperlukan
lebih banyak referensi dan penyusunan makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar